MIMPI DINAS PARIWISATA YANG TIDAK MURAH
Dinas Pariwisata Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) punya mimpi besar dalam upaya mewujudkan keinginan masyarakat, terkait dengan kerinduan akan sarana atau wahana rekreasi keluarga di daerah ini.
Kawasan wisata Bendungan Kendali (Benali) Rantau Kumpai di Desa Tungku Jaya, Kecamatan Sosoh Buay Rayap yang kondisinya terbengkai, rencananya akan “disulap” sedemikian rupa guna menarik wisatawan berkunjung kesana, di 2018 mendatang.
“Ya, kita akan fokus pengembangan objek wisata dengan tidak meninggalkan objek wisata andalan seperti Gua Putri dll. Khusus rencana pengembangan wisata di Rantau Kumpai, kita sudah punya Detail Enginering Design (DED)-nya,” ungkap Kepala Dispar OKU, Paisol Ibrahim, di ruang kerjanya, Rabu (1/3).
Disana (Rantau Kumpai,red), beber Paisol, akan dibangun sarana prasarana terintegrasi guna menarik wisatawan.
Seperti keberadaan danau yang ada dalam areal tersebut. Dimana menurut Paisol, itu nanti bisa dimanfaatkan untuk permainan anak. Dengan disediakannya becak air bebek-bebekan (sejenis perahu-perahuan), dal lain sebagainya.
Pihaknya juga akan membuat shelter-shelter baru, sebagai pengganti shelter yang sudah banyak rusak.
Selain itu, disamping penghijauan, pihaknya juga akan membangun jalan-jalan setapak untuk memudahkan pengunjung berkeliling areal tersebut. Kemudian ada pula rencana bikin menara pantau hingga flying fox.
Objek wisata Rantau Kumpai itu sendiri sebetulnya sudah lama ada. Tapi menurut Paisol, tidak maksimal. Sehingga banyak masyarakat yang tidak tahu.
Makanya pihaknya bermimpi mengembangkan objek wisata itu, apalagi disadari bahwa di OKU ini sendiri memang dirasa miskin wahana rekreasi.
“Jadi disana nanti bisa jadi arena permainan, rekreasi keluarga, termasuk bisa jadi tempat untuk mengenalkan makanan atau aksesoris khas OKU pada anak – anak. Jadi Pariwisata di OKU tidak semata – mata gua putri,” jelasnya.
Kenapa memilih Rantau Kumpai? Dijelaskan Paisol, karena akses jalan kesana tergolong cepat, dengan jarak tempuh hanya sekitar 15 menit dari kota Baturaja. Lagian pula sarana prasarana pokok sudah tersedia disana. Tinggal dipoles sedemikian rupa saja.
“Aset kita (Pemkab,red), ada sekitar 10 hektar disana. Dengan luas kawasan berair hampir sekitar 1 hektar,” imbuhnya.
Tentu saja, mimpi Dispar ini tidak murah. Dalam artian butuh dana untuk memolesnya. Apalagi daerah ini masih dalam keterbatasan anggaran.
Namun menurut Paisol, kendala-kendala macam itu tak jadi soal besar, kalau ada kemauan kuat dan dukungan dari berbagai elemen lain.
“Kita sadari keuangan terbatas. Maka dari itu kita terus upayakan mecari dana pusat, termasuk dari kementerian terkait seperti Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, dan lain sebagainya,” katanya.
Nah, karena ini mimpi yang ingin mereka wujudkan, tentu juga membutuhkan peran serta SKPD terkait di dalamnya. Dalam artian menjalin sinergi.
“Misalnya untuk jalan, itu bisa dibangun oleh dinas PU BM dan Penataan Ruang. Untuk lingkungannya, bisa ditekel oleh Dinas PU PR (Perumahan dan Permukiman). Kita sendiri (Dispar) membuat kemasannya termasuk aksesorisnya. Dana desa, juga bisa dimanfaatkan,” paparnya.
“Nah, Kalau hal ini sinergi dengan semua lapisan, mimpi ini bisa terwujud,” demikian Paisol.